Kamis, 26 Januari 2012

MA, TERNYATA KITA MASIH DALAM SEBUAH MIMPI BURUK !

Kemiskinan adalah sebuah penyakit kronis mematikan yang secara perlahan akan membunuh dengan pasti jika tidak di tanggulangi. Bagaimana mungkin kita bisa dengan bangganya menyatakan bahwa Negara kita adalah suatu Negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia sedangkan masih begitu banyak sekali kemiskinan dan kelaparan yang meraja lela di hamparan luas bumi pertiwi kita ini.
Betapa menyedihkan sebuah Negara yang memiliki aset sumber daya alam terbesar akan tetapi masih ada rakyatnya yang belum mengenyam kemakmuran, belum terjamin kesejahteraan hidupnya dan bahkan masih sangat jauh dari tingkat golongan mampu.
Dan yang paling memilukan adalah dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin jatuh miskin, bagaimana tidak begitu banyak tawa yang menghiasi Negara kita, sebuah tawa menyakitkan, tawa menyedihkan, tawa cemoohan yang mengiris hati.
***
Pagi ini di taman FKIP kampus universitas jambi sedang di selimuti mendung, sepertinya rahmat yang sedang di tunggu masyarakat jambi akan segera turun setelah beberapa waktu lalu menanti setitik kesejukan air hujan yang diharapkan menyirami kabut asap dan jalanan raya yang berdebu pekat sekali, mungkin telah banyak manusia yang rusak paru-parunya. Ditaman itu pula saya sedang menyusun nafas untuk mengingat kembali mimpi buruk apa yang telah terjadi dari malam ke malam, hanya saja begitu menyesakkan untuk kembali mengingatnya.
Tidak jauh dari kursi taman yang aku duduki, dua manusia dengan pakaian yang entah apa nama dari gaya berpakaian mereka yang kalau boleh saya katakan adalah seni kelas tinggi dengan menggabungkan berbagai unsur motif dan pola bentuk kain yang di temple-tempel hingga menjadi satu bentuk pakaian yang layak pakai untuk sekedar menyelamatkan kulit dari ganasnya sinar matahari, mereka sedang berdiri di tempat sampah besar kampus, bukan karna dia ingin membuang sampah yang mengotori halaman kampus akan tetapi dia sedang mencari sesuatu yang sepertinya sangat penting, dan itu bukanlah sebuah makalah untuk tugas kuliahnya, atau berkas berharga, atau barang penting lainnya yang terbuang begitu saja karna yang di carinya bahkan lebih penting dari apapun yang berhubungan dengan tugas perkuliahan atau apapun yang berhubungan dengan benda mewah yang dimiliki kaum modist saat ini, yang mereka cari adalah sisa-sisa makanan yang mungkin telah di cicipi lalat beserta keluarganya akan tetapi hal itu lah yang sangat dia butuhkan untuk melangsungkan kehidupannya, makanan masam yang telah menguning dengan sedikit di bumbui oleh bau tak sedap, siapa yang rela memakan makanan seperti ini ? jangan kan untuk memakan bahkan melihatnya saja sangat menjijikkan. Akan tetapi apa yang bisa mereka cerna ? usus saja sudah berhimpit dengan lambung menahan kelaparan, bahkan otak sudah tidak mampu melogikakan semua itu, yang terpenting adalah sesuatu masuk kedalam mulut tidak peduli apakah akan bisa di ubah menjadi energi atau apakah makanan itu mengandung asupan gizi, protein, lemak dan karbohidrat yang cukup, memilukan.
Tidak beberapa lama dari waktu kedua manusia tadi meninggalkan tong sampah kampus, beberapa anak modist dan trendi kampus berjalan melewati tong sampah tersebut dengan membuang beberapa bungkus plastik yang aku perkirakan adalah bungkus makanan dan perkiraan saya tepat saat mereka merapat ke taman dan duduk di sebelah kursi yang saya duduki, salah seorang dari mereka angkat bicara, si A (19) “eehh, ntar cari tempat makan yang lain aja yuk. Udah gak asik lagi tu di restaurant itu, gak asik lagi buat tempat nongkrong makanannya juga udah gak enak. Tadi aja cheese burgernya aku buang semua. Gak enak tau” di sambut dengan sahutan salah satu temannya si B (19) yang tak kalah antusiasnya membanggakan kemewahan harta orang tua mereka “iya nih, nanti cari tempat lain lagi yang lebih keren sekalian shooping ya soalnya baju aku udah habis ni, udah kepakai semua buat besok gak ada baju lagi, gak mungkin donk pake lagi baju yang udah di pake”. Sebuah percakapan yang benar-benar membuat saya heran, sebenarnya apa yang sedang mereka pikirkan ? bagaimana mungkin dengan mudahnya mereka membuang makanan-makanan mahal berkelas dunia padahal sedang banyak orang yang kelaparan bahkan banyak anak-anak usia balita yang menderita gizi buruk karna kekurangan asupan gizi yang cukup akan tetapi mereka dengan mudahnya membuang berbungkus-bungkus makanan dan apa yang mereka maksud dengan pakaian mereka sudah habis, apa mereka kira baju itu makanan yang bisa di habiskan ? atau baju yang mereka pakai hari ini lalu mereka buang begitu saja sedangkan banyak orang diluar sana yang menderita kemiskinan mengumpulkan potongan-potongan kain untuk menyelimuti tubuh mereka. Ini benar-benar sebuah mimpi buruk, ma !
Sebuah kenyataan pahit yang sedang terjadi di negara kita, dimana mereka yang tidak berada semakin terpuruk sedangkan yang berkecukupan tidak pernah merasa puas dengan apa yang mereka miliki, seperti masih ada saja yang kurang. Ini hanya secuil dari kenyataan kasus yang memilukan, belum lagi dengan kasus lain yang mungkin lebih menyedihkan dari ini. Contohnya saja dengan kasus dalam kemerosotan perekonomian dalam panen pangan yang banyak di alami rakyat pedesaan karna sebuah politik ekonomi yang bukan lagi reasionalitas ekonomi, hal itu dapat kita buktikan dalam sebuah kejahatan yang terjadi dengan terang-terangan dimana petani-petani mengalami gagal panen dengan hasil panen yang jauh dari bayangan akibat bibit berkualitas palsu yang diberikan kepada masyarakat. Mereka mengurangi anggaran pengeluaraan bibit yang seharusnya berkualitas tinggi akan tetapi demi memperkaya diri mereka sendiri, mengempesi perut masyarakat dan memperbuncit perut mereka dengan tidak menghiraukan lagi gizi yang dikandung oleh bahan makanan tersebut yang terpenting menurut mereka adalah makanan tersebut dapat mengenyangkan. Apa Mereka tidak tau kadar asupan gizi ? saya rasa tidak mungkin mereka tidak mengetahuinya, seorang pemerintah atau pejabat pasti lebih banyak memiliki ilmu tentang hal seperti itu atau ini memang sebuah kesengajaan untuk mengurangi jatah rakyat dan masuk dalam jatah perseorangan, maka dari itu lah saya menyimpulkan bahwa pemahaman mereka akan gizi hampir sama saja dengan orang miskin, hanya saja bedanya adalah mereka hanya dengan sedikit memainkan bolpoin mereka sedang kan orang miskin harus memainkan kerutan kening mereka untuk memikirkan tentang mencari makan.
Ok, beberapa data yang saya baca menunjukkan bahwa kemiskinan mulai teratasi, saya mulai bisa tersenyum ternyata mimpi buruk ini dapat saya akhiri. akan tetapi saya salah, mungkin dalam beberapa tahun belakangan ini ada penurunan dari jumlah kemiskinan yang kita alami akan tetapi meskipun Indikator makroekonomi Indonesia selama tahun 2010 menunjukkan adanya perbaikan perekonomian Indonesia dengan berbagai upaya yang untuk menghapus kemiskinan akan tetapi tetap saja Kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih rendah, masih ada saja program pengentasan kemiskinan yang tidak tepat sasaran seperti Raskin misalnya yang harusnya tidak menerima malah menerima, atau sebaliknya. Misalnya di sebuah kampung ada warga yang layak menerima raskin, tetapi karena tidak begitu senang dengan salah satu keluarga maka keluarga tersebut tidak mendapatkankan raskin akan tetapi kerabat dekat malah memperoleh raskin meskipun tidak miskin, contoh lain misalnya masih dalam sebuah kampung dimana mereka mendapatkan jatah raskin akan tetapi karna kepala desa atau pak RT atau pak lurah keluarga mereka maka mereka bisa juga mendapatkan raskin tersebut dengan penglobian data. Dan yang lebih mengiris hati lagi yaitu pembagian sembako maut, kenapa saya mengatakan bahwa itu adalah pembagian sembako maut karna pembagian sembako itu identik dengan nyawa-nyawa pengantri yang melayang, sebenarnya pembagi sembako itu ikhlas atau tidak memberikan sembako ? apa tidak bisa di buat sebuah antrian yang rapi hingga para warga miskin tidak perlu berdesak-desakan, apa tidak iba melihat ibu-ibu menggendong anak bayinya ikut berdesak-desakan demi mie instan, tepung, dan beberapa bahan makanan yang tidak begitu banyak nilainya bagi kita tapi begitu berharga untuk mereka ? apa tidak teriris hati melihat nenek-nenek lansia di injak-injak dalam sebuah antrian rebutan sembako itu ? ini yang di katakan perekonomian kita yang sudah membaik ? ternyata mimpi buruk ini belum berakhir, ma !
Aneh sekali Negara ini, Bagaimana mungkin ada orang yang bahagia dengan memakan hak orang lain ? bagaimana mungkin mereka dengan bangganya memperlihatkan kekayaan yang seharusnya menjadi harta untuk memakmurkan rakyat miskin ? bagaimana mungkin mereka dengan lebarnya tertawa memperlihatkan perut buncit mereka yang sebenarnya di dalam perut itu adalah jatah makanan anak-anak gizi buruk ? betapa mengerikannya mimpi ini ma, siapa yang harus di salahkan ? pemerintah yang melupakan kewajibannya ? rakyat yang selalu banyak tuntutan ? pengemis yang selalu meminta tanpa mau berusaha lebih keras ? pejabat yang gila akan kedudukan dan memperkaya diri sendiri ? atau pemimpin yang kurang memperhatikan rakyatnya ?
Ma, seberapa pun saya coba untuk bangun tapi dinginnya hujan yang menyirami tubuh membuai saya untuk tetap tertidur, saya tidak ingin terlarut dalam mimpi buruk ini, apa yang harus saya lakukan ma ? saya hanya bocah kemarin sore yang tidak akan pernah di dengar dengan baik, saya adalah remaja belasan tahun yang hanya akan di anggap terlalu pagi untuk mengkritik, tapi kalau bukan dari bocah kemarin sore siapa yang akan menyadarkan tetua yang pintar, yang sedang asik dengan kursi goyang di singgasana mereka ? siapa yang akan mempeduliakan nenek-nenek pengemis yang tertabrak di pinggir jalan demi mengejar penyangga perutnya ? siapa yang akan memeluk balita gizi buruk yang tulangnya seperti hanya di balut kulit ? siapa yang akan peduli dengan keluarga yang tidurnya beralas dan berselimut Koran ? siapa yang akan mendengar jerit mereka, siapa yang akan membalas sahutan tangis kelaparan mereka ?
Apa yang harus aku lakukan ma ? kita masih dalam mimpi buruk, yang jika tidak di hentikan akan semakin menyiksa hati yang melihatnya, memilukan hati penikmatnya. Karna jika semakin lama kemiskinan ini di biarkan maka akan semakin banyak mereka yang meninggal akibat kesenjangan status sosial dimana yang berduit akan di layani dengan baik sedangkan yang tidak memiliki apa-apa di abaikan nyawanya. Mimpi buruk ini harus di hentikan karna jika tidak akan semakin banyak anak-anak yang terbunuh mimpi indahnya akibat pendidikan yang menjadi tonggak mimpinya telah patah yang juga alasannya akibat kemiskinan, betapa kemiskinan ini menjadi ancaman yang begitu nyata untuk kita. Oleh dari itu, seberapa susahnya kita untuk menegakkan keadilan ? kenapa kita tidak pernah bisa belajar untuk merasakan penderitaan mereka ? apa harta bisa di bawa mati ? tentu saja kita tidak akan merasa puas dengan apa yang kita miliki, akan tetapi beri batas antara hak kita dengan hak mereka, kita pasti bisa kalau kita benar-benar ingin, Negara kita pasti menjadi Negara maju jika kita mau menyatukan tujuan kita, tanpa mengedepankan ambisi dan keegoisan diri sendiri. Sadarlah jiwa, bangkitlah Negara ku, mari kita akhiri mimpi buruk ini untuk mimpi indah yang sedang tersenyum melambaikan tangannya memanggil kita.