Kamis, 26 Januari 2012

BOCAH JALAN, TIDUR LAH DENGAN LELAP

Ma, angin malam begitu dingin menususk tulang belulang, apa lagi melewati malam hanya dengan scoopy imut hadiah yang mama papa berikan, perut kosong dengan rasa kantuk yang meraja lela sejak di kelas conversation. ma, ternyata malam lebih ramai dengan semaraknya lampu yang kerlap kerlip dan tentu saja lampu yang paling menyebalkan itu lampu lalu lintas, di saat rentan dan rawannya mata untuk terlelap dan perut sedang berdendang betapa menderitanya rasa untuk berhenti selama satu menit, tapi ma satu hal yang membuka mata sangat lebar malam ini, seorang bocah sedang berdiri dengan mata terpejam di pinggir trotoar, apa yang dia lakukan ? apa dia tertidur ? mungkinkah dia ngigau dari rumah dan berjalan keluar ? dugaan yang lucu sekali, dan tentu suatu hal yang mustahil jika dia berjalan dari rumahnya sambil tertidur. lalu mengapa dia sampai ada di sini ? pengendara semakin banyak yang berhenti tapi mereka hanya menoleh sambil tertawa, apa yang mereka pikirkan ? apakah ini lucu ? betapa aku ingin sekali menghampirinya, menyedih kan sekali ma, matanya terpejam tapi dia berdiri dengan tubuh yang tidak seimbang. dia tersadar karna satu tangan halus penuh kasih sayang membelainya, akan tetapi di tepisnya dan hal yang lebih mengejutkan lagi yaitu dia bukannya kembali duduk untuk melanjutkan tidurnya tapi malah mengeluarkan plastik bekas bungkus permen dan kembali mengetuk pintu-pintu mobil sambil menaikkan tangannya memberi isyarat untuk meminta belas kasihan. dia pengemis ma, orang yang hak hidupnya malah di nikmati oleh kita yang tak berhak. ada yang membengkak di hati ini bagaikan di hantam dengan tiang besar melihatnya. tidak kah anak seusia dia seharusnya telah tertidur dengan lelapnya dengan selimut hangat dan kecupan sayang dari orang tuanya, lalu besok bangun pagi dengan fres dan bersekolah, tapi itu tidak untuknya. apa yang harus kita lakukan ma? tidak kah kita sedang dalam dilema besar, benarkah kita telah merdeka ma ? lalu bagaimana dengan mereka yang masih terjajah kesejahteraannya ?
wahai bocah, arus jalan terlalu ramai, hidup terlalu keras, malam pun terlalu riuh untuk kau nikmati, tidak kah seharusnya kau pulang lalu pejamkan mata rangkai mimpi indahmu walau pun kenyataan begitu pahit karna kau sudah terlalu lelah untuk berjalan, maka berhenti lah bocah jalan dan tidur lah dengan lelap.