28 november 2010. .
Minggu yang luar biasa dalam sejarah perkuliahan anak rantau yang mengadu nasib d kota yg blh d ktkan besar, . Ya mungkin juga. .!
Jam 8 pagi minggu, kami para pengejar mimpi bukan'y bersantai.santai akan tetapi malah harus pergi ke kampus unja pasar untuk tryning ITC ENGLISH.
Perjalanan dimulai dg melangkahkan kaki dari rumah kos beberapa kilometer ke depan di persimpangan jalan raya untk mencari angkot.
Berjalan bersama 4E teman hidup yang seatap, Elsa novyarti, erisa gustia, elsa yanti mala, era despitri. Terik matahari pagi menyengat ubun.ubun kami yang di lindungi jilbab, subhanallah pantas saja Allah memerintahkan kaum wanita menggunakan jilbab mungkin salah satu alasannya adalah agar kaum wanita tidak merasa kepanasan ketika berjalan di siang hari.
Di angkot kami kedatangan beberapa manusia berjilbab yg jg merupakan teman sejawat Bestia Dewi dan Maya .
Perjalanan kesana harus transfer angkot 2 kali.
Bukan main suasana panas yang mengalirkan keringat, pandanganku fokus ke arah luar angkot dengan posisi duduk ku yang berada di pinggir pintu, bukan takut akan terjatuh karna angkot itu tak berpintu yang membuat wajahku sendu tapi berbagai rasa yang berkecambuk di hati, dulu kalau ingin pergi kemana.mana kendaraan pribadi yang selalu ku bawa tapi sekarang menaiki kendaraan reot tak berpintu bahkan harus berdesak.desakan. Hanya saja hiruk pikuk kegaduhan kota yang panas dan penuh polusi ini terasa seperti gigitan semut kecil saat ku lirik satu per satu wajah lucu dari tampang protes sahabat.sahabat hidupku, Apakah ini akan masuk dalam daftar perjuangan ku Ya ALLAH. ?
Tryning di mulai pukul setengah 10 dan berakhir setengah 12. Banyak ocehan yang di sampaikan oleh pak dosen tapi sepertinya para siswa tak begitu peduli mereka malah sibuk dengan kegiatan masing.masing, sedang kan aku harus menyeimbangkan suhu tubuh dengan suhu ruangan karna AC begitu dingin hingga tangan ku basah mengeluarkan keringat.
Planing selesai tryning telah terjadwal dengan baik, seperti rencana awal pulang tryning langsung ke WTC untuk nonton film di bioskop. Jalan raya di penuhi oleh kendaraan yang di gunakan para mahasiswa yang telah selesai tryning untuk pulang, aku sempat sedih ketika salah satu teman hidupku berkecil hati karna kami harus berjalan beberapa kilo untuk sampai di WTC sedangkan yang lain dengan santainya mengendarai scutermatic dan honda jazz yang mereka miliki, ku rangkul bahu teman ku itu, ku ajak dia melangkah dengan semangat yang membara, " tenang teman, yang mereka bawa itu uang orang tua mereka, sebenarnya mereka sama miskinnya dengan kita hanya saja mereka tak menyadarinya bahkan menyombongkan diri."
Bulat tekat di hatiku, kelak jika buah hati ku tumbuh dewasa dalam keadaan mapan, dan berkecukupan, akan aku ajarkan dy hidup sepertiku, akan ku ceritakan bahwa mamanya ini tak pernah berkecil hati meski di anggap orang kampung, meski di lirik dengan tatapan jijik karna pakaiannya yang tak seindah pakaian gadis-gadis kota di sini, meski berjalan hingga memiliki betis bengkak yang tak seindah betis-betis remaja di sini.
Keringat yang menetes tak menyurutkan langkah untuk tetap melangkahkan kaki pergi ke bioskop. Di Mall WTC sedikit rasa minder menggeluti ku, baju ku, gaya ku, baju mereka, gaya mereka adalah perbedaan yang mencolok untuk menggambarkan bahwa aku dari kampung, tapi binar kesenangan di mata teman-teman hidupku menguatkan langkah ku untuk tetap melangkah di Mall itu walau sesekali ku sadari tatapan beberapa pasang mata yang membuatku risih.
Di lantai 3 telah menunggu 2 teman laki-laki yang bernasib sama dengan kami, teman ku yang juga mengadu nasib di kota ini Ogi danika pranata dan cicyn ryantoni. Tampang senyum penuh ketulusan yang hangat dari bibir mereka ketika ku lambaikan tangan, mereka juga akan ikut nonton bersama kami. Sebelum nonton ternyata timur tengah kami merasakan hal yang sama, rasa yang selalu menemani anak kos yaitu lapar, beberapa usulan di ajukan di mana kami akan memanjakan pusat dari semua kendali yang sedang memberontak, ada yang mengusul kan di ampera murah depan Mall, dan ada yang mengusulkan makan di restorant dalam Mall yang harganya jelas-jelas membuat kepala para otak perhitungan berpikir dengan keras, hingga akhirnya kami temukan sebuah restorant yang di depannya tertera PAKET SERBA HEMAT, jelas saja otak anak kos mulai mengisyratkan senyuman, siapa yang tidak mau makan enak dan murah, ketika kami akan memasuki wilayah restorant itu ada seorang satpam yang meneriaki kami agar kami menitip kan tas kami di penitipan barang akan tetapi dalam tas kami berisi laptop jadi kami tidak ingin menitipnya kami berjalan terus seolah tak melihatnya hingga dia berteriak lagi dan memaksa kami membuka tas serta mengeluarkan isinya dengan membentak kami di depan umum, ada sedikit rasa sedih di hatiku dia seolah-olah tak percaya bahwa kami membawa laptop, apa mungkin ini karna tampang kami terlalu tak mampu untuk memiliki sebuah laptop,. Huh. Orang kota selalu begitu memandang rendah kami orang kampung,. Untuk mengusir sedih di hati hal itu kami jadikan sebuah lelucon yang mengocok-ngocok isi perut karna tertawa,belum lagi kejadian di restorant yang lebih seru karna paket serba hemat sudah tak ada dan dengan pedenya kami bertanya harga yang bukan paket hemat, betapa terkejutnya kami ketika tau harga sepiring kecil nasi goreng Rp.21.000, kami menggerutu dengan suara kecil, kami merasa ditipu dengan tulisan paket hemat yang mereka tempel, ini sama saja menjerat secara halus tapi licik, mau bagaimana lagi kami tidak mungkin pergi setelah menanyakan berbagai harga makanan akhirnya terpaksa kami memesan semangkok kecil bakso yang isinya sangat sedikit dengan harga Rp.12.000, tiga sendok sumbatan di mulut bakso telah habis, kami mengupat restorant itu, bagaimana bisa harga baksonya begitu mahal sedangkan rasanya tak ada.
Setelah mengganjal perih lambung dengan bakso kami pergi ke bioskop untuk membeli tiket masuk. Heart 2 Heart film yang kami pilih, aku mengeluh sedikit pada cicyn bahwa aku merasa tak pantas di sana karna baju yang ku kenakan tak sebagus baju mereka, tapi dia berkata " dari sekian banyak model pakaian yang gadis-gadis di sini kenakan, tak ada yang menandingi pancaran ke indahan baju yang kalian pakai. Kalian yang lebih indah.!" sungguh mengharukan.
Ketika studio 4 di buka kami memasuki ruang tersebut dengan perasaan heran, apakah kami salah ruang. ? Bagaimana bisa film romantis remaja yang di putar tapi penontonnya anak-anak kelas 5 sd. ? Film yang di katakan orang-orang sedih dan mengharukan terasa seperti sebuah komedi yang sangat lucu karna aku tak habis pikir dengan keadaan di sekeliling yang tak bisa aku jelaskan.
Hingga akhir nya pulang dan tertidur di angkot. Hari ini sangat indah dan melelahkan.
dan yang paling menyenangkan mendengar suara merdu mama malam ini, meski lelah bercampur letih menyusun tugas laporan.