Sabtu, 03 November 2012

Mei 2012

Kini kau hadir dan memamerkan hatiku yang kau miliki Luka itu masih menjadi milikku. Ketika aku meninggalkan sebagian hatiku disana. Menguburnya rapat agar dia tak lagi bersuara. Aku lelah membekap rahangnya, agar taklagi dia berceloteh Pada angin, atau tetumbuhan. Bukan! Bukan aku tak ingin membawanya kemari. Aku takut, menduga – duga, dia akan berkoar lebih jenaka. Memojokkan kebodohan padaku. Tidak!! Aku tak ingin semua orang tahu, betapa aku tak lebih dari seorang perempuan bodoh. Aku perempuan pintar! Perempuan cerdas dari jenisku. Aku lelah menjadi pungguk bodoh. Tiang telah berulang kali merapat. Laut telah berpuluh kali pasang. Siang datang dan pergi. Hatiku?? Oohh..Kau masih disana, aku merindukanmu!! Jika suatu hari nanti kau kujemput, kubawa pada singgasanaku, berjanjilah kau akan diam. Membawa rahasia kita kedalam lelap. Sebab tiada tenang belahanmu diragaku. Resah dan Gelisah karenamu. Seperti janjiku hari itu, janji seorang perempuan pintar. Aku pulang kepekuburan. Tidakkah peti kayu tolol itu merangkulmu? Terlalu lama membiarkanmu terkubur, adakah kau terjaga kini?? Separuh hati yang duluku kubur, persis ditempat ini raib. Hilang. Secepat itukah mereka melebur pada tanah? Aahh..Seseorang telah mencuri hatiku dan meletakkannya pada hatimu. Mungkin kau yang telah mencurinya dariku tanpa kusadari, atau mungkin justru belahan itu datang menemuimu seorang diri!