Manusia bahagia bila ia bisa membuka mata. Untuk menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang berarti. Manusia bisa bahagia bila ia mau membuka mata hati. Untuk menyadari, betapa ia dicintai. Manusia bisa bahagia, bila ia mau membuka diri. Agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus.
Manusia tidak bahagia karena tidak mau membuka hati, berusaha meraih yang tidak dapat diraih, memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan, tidak mau menerima dan mensyukuri yang ada.
Manusia buta, karena egois dan hanya memikirkan diri, tidak sadar bahwa ia begitu dicintai, tidak sadar bahwa saat ini, apa yang ada adalah baik, selalu berusaha meraih lebih, dan tidak mau sadar karena serakah.
Ada teman yang begitu mencintai, namun tidak diindahkan, karena memilih, menilai dan menghakimi sendiri.
Memilih teman dan mencari-cari, padahal di depan mata ada teman yang sejati.
Telah memiliki segala yang terbaik, namun serakah, ingin dirinya yang paling diperhatikan, paling disayang, selalu menjadi pusat perhatian, selalu dinomorsatukan.
Padahal, semua manusia memiliki peranan, hebat dan no. satu dalam satu hal, belum tentu dalam hal lain, dicintai oleh satu orang belum tentu oleh orang lain.
Kebahagiaan bersumber dari dalam diri sendiri, jikalau berharap dari orang lain, siaplah ditinggalkan, siaplah dikhianati.
Kita akan bahagia bila bisa menerima diri apa adanya, mencintai dan menghargai diri sendiri, mau mencintai orang lain, dan mau menerima orang lain.
Percayalah kepada ALLAH, dan bersyukurlah kepadanya, bahwa kita selalu diberikan yang terbaik sesuai usaha kita, tak perlu berkeras hati, Ia akan memberi kita di saat yang tepat apa yang kita butuhkan, meskipun bukan hari ini, masih ada esok hari.
Berusaha dan berbahagialah karena kita dicintai begitu banyak orang
Selasa, 22 Februari 2011
biar tuhan yang menilaiku
Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois. Tetapi bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya.
Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan itu. Tetapi, tetaplah berbuat baik selalu.
Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman-teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi, teruskanlah kesuksesanmu itu.
Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat.
Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun.
Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia.
Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok akan dilupakan orang.Tetapi, teruslah berbuat baik.
Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik.
Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi, percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang jujur, dan Dia dapat melihat ketulusan hatimu.
Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan itu. Tetapi, tetaplah berbuat baik selalu.
Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman-teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi, teruskanlah kesuksesanmu itu.
Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat.
Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun.
Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia.
Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok akan dilupakan orang.Tetapi, teruslah berbuat baik.
Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik.
Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi, percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang jujur, dan Dia dapat melihat ketulusan hatimu.
Senin, 21 Februari 2011
belajar dari hidup
Saya belajar, bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain mencintai saya. Saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cinta...
Saya belajar, bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya beberapa detik saja untuk menghancurkannya...
Saya belajar, bahwa orang yang saya kira adalah orang yang jahat, justru adalah orang yang membangkitkan semangat hidup saya kembali...
Saya belajar, bahwa sahabat terbaik bersama saya dapat melakukan banyak hal dan kami selalu memiliki waktu terbaik...
Saya belajar, bahwa persahabatan sejati senantiasa bertumbuh, walau dipisahkan oleh jarak yang jauh. Beberapa diantaranya melahirkan cinta sejati...
Saya belajar, bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang saya inginkan, bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya...
Saya belajar, bahwa sebaik-baiknya sahabat itu, mereka pasti pernah melukai perasaan saya... dan untuk itu saya harus memaafkannya...
Saya belajar, bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri... kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus menerus...
Saya belajar, bahwa tidak masalah berapa buruknya patah hati itu, dunia tidak pernah berhenti hanya gara-gara kesedihan saya...
Saya belajar, bahwa saya tidak dapat merubah sahabat, tapi semua itu tergantung dari diri mereka sendiri...
Saya belajar, bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya, tapi saya harus bertanggung jawab untuk apa yang saya telah lakukan...
Saya belajar, bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda, tapi kadang dari sudut pandang yang berbeda...
Saya belajar, bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki, tapi yang penting adalah siapa saya ini sebenarnya...
Saya belajar, bahwa tidak ada yang instan atau serba cepat di dunia ini, semua butuh proses dan pertumbuhan, kecuali saya ingin sakit hati...
Saya belajar, bahwa saya harus memilih apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan emosi itu yang menguasai diri saya...
Saya belajar, bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti saya harus benci dan berlaku bengis...
Saya belajar, bahwa kata-kata manis tanpa tindakan adalah saat perpisahan dengan orang yang saya cintai...
Saya belajar, bahwa orang-orang yang saya kasihi justru sering diambil segera dari kehidupan saya...
Saya belajar, bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya beberapa detik saja untuk menghancurkannya...
Saya belajar, bahwa orang yang saya kira adalah orang yang jahat, justru adalah orang yang membangkitkan semangat hidup saya kembali...
Saya belajar, bahwa sahabat terbaik bersama saya dapat melakukan banyak hal dan kami selalu memiliki waktu terbaik...
Saya belajar, bahwa persahabatan sejati senantiasa bertumbuh, walau dipisahkan oleh jarak yang jauh. Beberapa diantaranya melahirkan cinta sejati...
Saya belajar, bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang saya inginkan, bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya...
Saya belajar, bahwa sebaik-baiknya sahabat itu, mereka pasti pernah melukai perasaan saya... dan untuk itu saya harus memaafkannya...
Saya belajar, bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri... kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus menerus...
Saya belajar, bahwa tidak masalah berapa buruknya patah hati itu, dunia tidak pernah berhenti hanya gara-gara kesedihan saya...
Saya belajar, bahwa saya tidak dapat merubah sahabat, tapi semua itu tergantung dari diri mereka sendiri...
Saya belajar, bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya, tapi saya harus bertanggung jawab untuk apa yang saya telah lakukan...
Saya belajar, bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda, tapi kadang dari sudut pandang yang berbeda...
Saya belajar, bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki, tapi yang penting adalah siapa saya ini sebenarnya...
Saya belajar, bahwa tidak ada yang instan atau serba cepat di dunia ini, semua butuh proses dan pertumbuhan, kecuali saya ingin sakit hati...
Saya belajar, bahwa saya harus memilih apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan emosi itu yang menguasai diri saya...
Saya belajar, bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti saya harus benci dan berlaku bengis...
Saya belajar, bahwa kata-kata manis tanpa tindakan adalah saat perpisahan dengan orang yang saya cintai...
Saya belajar, bahwa orang-orang yang saya kasihi justru sering diambil segera dari kehidupan saya...
surat mama
Tulisan tanganmu masih rapi, nak. Bentuk-bentuk guratan huruf dari pena yang tertata indah. Ini yang selalu Ibu suka. Meski di sekeliling kita sudah penuh alat elektronik canggih untuk berkirim kabar, tapi lembaran kertas surat warna warni dan untaian tulisan tangan rasanya lebih merasuk ke hati kita, bukan? Maka tetaplah seperti ini, wi. Kita nikmati komunikasi kuno ini.. sama seperti saat eyangmu menjelang akhir hayatnya masih menulis tangan surat indah untukmu. Seakan-akan tiap huruf menari-nari dan melompat berjarak pelan-pelan jauh.. sebagai pertanda ia akan meninggalkan kita jauuuuh sekali..
wika anakku, apa kau bilang dalam suratmu? Sakit hati? Karena beberapa temanmu berkhianat? Karena teman di juga berkabar bohong kepada atasannya untuk menjatuhkan koleganya yang lain? Karena teman komunikasimu lewat nge blog menghina temannya yang lain dan menganggap dirinya paling hebat? Karena ada orang yang mengejek lawannya lewat tulisan tapi meminjam tangan orang lain? Karena dalam lingkunganmu juga ada orang-orang pengecut beraninya cuma ngedumel di belakang tapi sesungguhnya tak punya nyali menghadapi sendiri orang yang tak disukainya? Karena kau sendiri kesal jam tanganmu dari Kopenhagen yang kado dari ayah itu raib dipinjam teman tak kembali,
wika hidup ini memang penuh penyakit. Tak ada sehat sepanjang detik. Hidup kan sebuah malapetaka sesungguhnya, kalau kita melihat dari sisi malapetaka. Tapi Ibu selalu bilang, coba gantungkan tanganmu ke atas dekat telinga. Bayangkanlah seolah-olah ada Tuhan menangkap tanganmu, lalu kau diangkatnya, sebagaimana ayah dulu membuat tarian sembari menggendongmu saat balita dan kau terbahak-bahak geli karena perutmu ikut dikitik-kitiknya.
Banyak orang tersakiti dalam hidup, wi. Lihatlah lawan politik yang kini berangkulan membentuk satu kubu, kemudian tanpa mengingat masa lalu bisa-bisanya kini cengengesan berfoto untuk konsumsi publik. Padahal sekian tahun lalu mereka gontok-gontokan. Itu adalah sakit hati yang dilupakan, diinjak, dan betul-betul terhapuskan. Kadang kita harus belajar dari mereka, wi. Meski berat, tapi mungkin memang butuh latihan khusus untuk menyamainya.
Pertemanan memang butuh penyortiran, pada akhirnya. Meski, sebetulnya kita tak ingin pula membeda-bedakan segala hubungan. Namun seleksi alam tak dapat dihindari. Yang tak sekufu akhirnya minggir dengan sendirinya. Atau, yaaaa, kitalah yang minggir. Kau selau geleng-geleng kepala melihat pecundang di seputar ruang kerjamu yang hobi cari muka pada atasan, kalau perlu menginjak dan meluncurkan fitnah agar terjadi kemenangan dalam persaingan antar sesama kolega. Oya, kata-kata ini sudah Ibu katakan tadi sebelumnya ya? Biarlah Ibu ulang lagi, karena kejadian semacam inilah yang memang tampaknya paling sering dialami para pekerja kantoran.
Kapas yang bergumpal dekatkanlah ke dadamu, anakku. Anggaplah itu adalah jimat kekebalan. Kebal terhadap amarah, kebal terhadap rasa malu berkepanjangan. Bisa kau bayangkan betapa seorang wanita pandai dan terkenal dulu sudah diketahui sejuta umat bahwa ia akan menjadi seseorang di bumi ini, pada saat terakhir pembatalan terjadi begitu saja. Malu? Ya tentu saja. Tapi senyumannya kembali mengembang saat wanita itu sudah bisa menata emosinya kembali. Kita, lagi-lagi, mungkin harus lebih banyak belajar dari manusia semacam itu, wi !
Tak semua keinginan kita yang terlukis di hati bisa diraba oleh mereka. Kamu protes soal tulisanmu yang disunat oleh atasanmu. Kamu mempertanyakannya namun sampai ke pinggir laut pun tanda tanya ini tak terungkap, tak terjawab, dan tak dianggap penting oleh mereka. Sakit hati? Ya wajarlah.Tapi jangan berlama-lama. Sayang dengan wajah cantikmu harus berkerut karena hal sepele itu. Ada teman pria yang mengaku dirinya jantan yang dulu menghina kewanitaanmu kemudian karena tuntutan kiri kanannya terpaksa ia minta maaf namun tetap dengan separo mengejek? Lewatkan! Tak perlu juga kau anggap lagi.
wika, Ibu selalu kan bilang, jadikanlah kamu problem bagi orang lain, jangan orang lain menjadi problem bagi dirimu.. hahahahaaa….!! Maksud Ibu, biarlah orang berpikir-pikir tentang kita, asal kita tak buang waktu untuk memikirkan kejahatan mereka yang mengiris hati. Obatnya kan hanya satu, mengalahlah. Hindari saja. Cukup. Masih banyak barang bagus di toko sebelah……
wika anakku, apa kau bilang dalam suratmu? Sakit hati? Karena beberapa temanmu berkhianat? Karena teman di juga berkabar bohong kepada atasannya untuk menjatuhkan koleganya yang lain? Karena teman komunikasimu lewat nge blog menghina temannya yang lain dan menganggap dirinya paling hebat? Karena ada orang yang mengejek lawannya lewat tulisan tapi meminjam tangan orang lain? Karena dalam lingkunganmu juga ada orang-orang pengecut beraninya cuma ngedumel di belakang tapi sesungguhnya tak punya nyali menghadapi sendiri orang yang tak disukainya? Karena kau sendiri kesal jam tanganmu dari Kopenhagen yang kado dari ayah itu raib dipinjam teman tak kembali,
wika hidup ini memang penuh penyakit. Tak ada sehat sepanjang detik. Hidup kan sebuah malapetaka sesungguhnya, kalau kita melihat dari sisi malapetaka. Tapi Ibu selalu bilang, coba gantungkan tanganmu ke atas dekat telinga. Bayangkanlah seolah-olah ada Tuhan menangkap tanganmu, lalu kau diangkatnya, sebagaimana ayah dulu membuat tarian sembari menggendongmu saat balita dan kau terbahak-bahak geli karena perutmu ikut dikitik-kitiknya.
Banyak orang tersakiti dalam hidup, wi. Lihatlah lawan politik yang kini berangkulan membentuk satu kubu, kemudian tanpa mengingat masa lalu bisa-bisanya kini cengengesan berfoto untuk konsumsi publik. Padahal sekian tahun lalu mereka gontok-gontokan. Itu adalah sakit hati yang dilupakan, diinjak, dan betul-betul terhapuskan. Kadang kita harus belajar dari mereka, wi. Meski berat, tapi mungkin memang butuh latihan khusus untuk menyamainya.
Pertemanan memang butuh penyortiran, pada akhirnya. Meski, sebetulnya kita tak ingin pula membeda-bedakan segala hubungan. Namun seleksi alam tak dapat dihindari. Yang tak sekufu akhirnya minggir dengan sendirinya. Atau, yaaaa, kitalah yang minggir. Kau selau geleng-geleng kepala melihat pecundang di seputar ruang kerjamu yang hobi cari muka pada atasan, kalau perlu menginjak dan meluncurkan fitnah agar terjadi kemenangan dalam persaingan antar sesama kolega. Oya, kata-kata ini sudah Ibu katakan tadi sebelumnya ya? Biarlah Ibu ulang lagi, karena kejadian semacam inilah yang memang tampaknya paling sering dialami para pekerja kantoran.
Kapas yang bergumpal dekatkanlah ke dadamu, anakku. Anggaplah itu adalah jimat kekebalan. Kebal terhadap amarah, kebal terhadap rasa malu berkepanjangan. Bisa kau bayangkan betapa seorang wanita pandai dan terkenal dulu sudah diketahui sejuta umat bahwa ia akan menjadi seseorang di bumi ini, pada saat terakhir pembatalan terjadi begitu saja. Malu? Ya tentu saja. Tapi senyumannya kembali mengembang saat wanita itu sudah bisa menata emosinya kembali. Kita, lagi-lagi, mungkin harus lebih banyak belajar dari manusia semacam itu, wi !
Tak semua keinginan kita yang terlukis di hati bisa diraba oleh mereka. Kamu protes soal tulisanmu yang disunat oleh atasanmu. Kamu mempertanyakannya namun sampai ke pinggir laut pun tanda tanya ini tak terungkap, tak terjawab, dan tak dianggap penting oleh mereka. Sakit hati? Ya wajarlah.Tapi jangan berlama-lama. Sayang dengan wajah cantikmu harus berkerut karena hal sepele itu. Ada teman pria yang mengaku dirinya jantan yang dulu menghina kewanitaanmu kemudian karena tuntutan kiri kanannya terpaksa ia minta maaf namun tetap dengan separo mengejek? Lewatkan! Tak perlu juga kau anggap lagi.
wika, Ibu selalu kan bilang, jadikanlah kamu problem bagi orang lain, jangan orang lain menjadi problem bagi dirimu.. hahahahaaa….!! Maksud Ibu, biarlah orang berpikir-pikir tentang kita, asal kita tak buang waktu untuk memikirkan kejahatan mereka yang mengiris hati. Obatnya kan hanya satu, mengalahlah. Hindari saja. Cukup. Masih banyak barang bagus di toko sebelah……
Langganan:
Postingan (Atom)